Baitul Ma'mur's blog

Menapaki Hidup Sejahtera Dunia Akhirat.

Memperbaiki Ke Islaman.

Posted by masjidbaitulmamur pada 5 Mei 2010

Pahala Bagi Yang Memperbaiki Keislamannya

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: :
إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا

( صحيح البخاري )

” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila salah seorang dari kamu sekalian membaguskan keislamannya maka pada setiap kebaikan yang dia perbuat akan dilipat gandakan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, sedangkan kejahatan yang dia perbuat akan dibalas sepadan dengan kejahatannya”.

Fahamilah rahasia kekuasaan sang pemilik dunia dan akhirah yang memiliki segala kenikmatan, yang maha merubah kehidupan menjadi kehidupan yang lebih indah atau berubah menjadi kematian dan setelah itu selesai kehidupan selanjutnya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ، إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ، فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ، الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ ( قريش: 1-4 )

“Karena kebiasaan dan kenikmatan pada orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas, maka hendaklahpara hamba menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kabah), yang telah memberi makanan kepada mereka saat mereka lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”. ( QS. Qurays: 1-4 )

Firman Allah untuk orang qurays agar tenang dan bersabar, sebagaiamana mereka tenang dan santai saat melewati hari-hari di musim panas dan musim dingin, maka hendaklah mereka (bukan hanya orang qurays saja, melainkan semua hamba Allah ) untuk menyembah Sang pemilik Ka’bah Al Musyarrafah yaitu Allah. Siapakah Allah?, maka Allah mengenalkan dzatNya, Dialah Allah yang memberi mereka makan saat mereka lapar, dan memberi mereka keamanan saat mereka dalam kerisauan. Tidak ada manusia yang bisa makan kecuali ia telah diizinkan oleh Allah, walaupun ia dalam keadaan lapar dan makanan ada dihadapannya, tapi bukankah seluruh sel adalah milik Allah, dan jika Allah berkehendak dalam sekejap tubuhnya lumpuh maka ia tidak akan bisa menyentuh makanan yang ada dihadapannya, jika Allah kehendaki bibirnya sakit maka tidak satu suapan atau bahkan sebutir nasi pun yang bisa melewati tenggorokannya.
Maka Allah lah yang menyuapi kita hingga sampai makanan ke mulut kita, mulai dari makanan itu ditanam, kemudian tumbuh lalu dimasak dengan api yang juga milik Allah, Allah yang menciptakannya, Allah pula yang menciptakan air, Allah yang menciptakan matahari, Allah yang menciptakan hewan, Allah yang menciptakan tumbuhan, sedangkan kita hanya menternaknya, kita hanya memperbanyaknya, kita hanya menanamnya, namun asal muasalnya bukan dari kita, tapi dari sang maha memberi, Allah subhanahu waa’ala.

Mulai dari kita menanamnya maka berapa ribu kenikmatan yang terus berlimpah kepada kita hingga makanan itu sampai ke mulut kita. Walaupun seseorang memiliki harta yang berlimpah jika Allah tidak mengizinkan ia makan maka berhari-hari ia akan kelaparan dan tetap tidak diperbolehkan makan karena penyakit yang dideritanya.
Dikatakan oleh hujjatul islam Al Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali At Thusiy rahimahullah, ia menjelaskan bahwa tiadalah rizki yang akan sampai ke mulut kita kecuali telah tertulis nama kita pada rizki itu, jika itu buah pisang atau sebutir beras pun maka telah tertulis nama kita bahwa rizki ini akan sampai ke mulut si fulan bin fulan, maka hal yang demikian sudah ditentukan oleh Allah.
Walaupun ia berada di tempat yang sangat dekat dengan makanan itu tetapi itu bukan rizkinya, maka makanan itu tidak akan sampai ke mulutnya, entah makanan itu dicuri, atau ia ada kesibukan lain sehingga makanan itu ia tinggalkan, atau makanan itu tumpah dan lainnya, karena dalam rizki itu tertulis milik hewan, mungkin milik kucing, milik ikan, milik anjing dan yang lainnya, maka makanan itu bukan rizkinya walaupun sudah ada dihadapannya, rizkinya adalah makanan yang telah sampai ke mulutnya dan yang ia telan, yang pada hakikatnya ia diberi makan oleh Allah subhanahu wata’ala, namun sebagian orang tidak mau menembus hakikat kehidupan ini, hakikat datangnya makanan, hakikat datangnya minuman, hakikat kehidupannya datangnya dari mana dan lain sebagainya, padahal jika ia renungkan ia akan temukan bahwa Allah sang maha raja langit dan bumi, dan maha mengamankan mereka dari kerisauan.
Surat Quraiys ini banyak dibaca oleh para ‘arif billah (ulama shalihin) untuk mengabulkan hajatnya, untuk memperluas rizkinya dan untuk mengamankannya dari kerisauan. Surat Qurays ini ada di juz 30 dalam Al qur’an dan termasuk surat pendek yang hanya 4 ayat, terletak beberapa surat dari surat An Naas. Maka renungkan kemuliaannya, dapatkan keluhuran dan keberkahannya dengan memperbanyak membaca surat ini, insyaallah rizki Allah dan rasa aman dari kerisauan akan didapatkan. Tetapi mengapa masih banyak orang miskin yang kelaparan?!, ingatlah tanpa kita ketahui bahwa mungkin Allah tidak mau memberinya makan pada saat itu, namun kita jangan berkata bahwa kaum fuqara’ tidak ada yang memperhatikan, karena banyak pula orang kaya yang kelaparan dan kehausan (karena penyakit yg dideritanya).

Maka fahamilah, barangkali orang yang merasa lapar saat ini Allah tunda rizkinya hingga esok di hari kiamat atau mungkin di masa mendatangnya Allah tumpahkan rizki yang luas untuknya. Dan sebaliknya orang yang sedang dalam kenikmatan berhati-hatilah karena bisa saja Allah merubah keadaannya. Hadirin hadirat, sampai kabar kepada saya lewat surat, sms, dan email dari adik-adik kita yang bersyukur karena lulus dalam ujian, dan banyak juga yang mengeluh karena tidak lulus. Jangan risau jika tidak lulus karena hal itu adalah cobaan dari Allah subhanahu wata’ala, dan jika kau sabar dan tenang maka kau akan mendapatkan kesuksesan yang hanya milik Allah subhanahu wata’ala, kesuksesan bukan milik siapa-siapa tetapi hanya milik Allah, jadi jika tidak lulus ujian atau yang lainnya maka teruslah berusaha untuk lulus, teruslah berusaha untuk sukses di dunia ini namun jangan menentang tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dengan menjauhi hal-hal yang haram maka engkau akan mendapatkan kesuksesan, terlebih lagi para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dikatakan oleh para ulama’ kita: “Barangsiapa yang cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka ia aman dan berada dalam keselamatan dunia dan akhirah”.

Maka betapa meruginya mereka-mereka yang terus berpaling dari keluhuran, menampik rahasia kelembutan Allah dan tidak mau mendekat kepada Allah, sungguh kasihan mereka yang selalu menolak untuk mendapatkan kemuliaan dan selalu ingin melangkah ke tempat yang penuh dengan kehinaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَوْلَا أَنْ تَدَافَنُوْا لَسَأَلتُ اللهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ

” Jika seandainya aku tidak khawatir kalian meninggal/hilang pendengaran kalian aku akan meminta kepada Allah agar memeperdengarkan kepada kalian siksa kubur.”(Shahih Muslim)

Namun hal itu tidak diinginkan oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena beliau tidak ingin ummatnya merasa ketakutan, tetapi beliau lebih menginginkan mendoakan ummatnya dengan keluhuran dan pengampunan dan jangan sampai suara siksaan ahli kubur terdengar oleh mereka. Hadirin hadirat, mereka yang memenuhi panggung-panggung dosa di dalam kehinaan dan menyanjung orang-orang yang tidak pernah bersujud kepada Allah, jika mereka mendengar suara temannya yang menggelepar di dalam kubur maka mereka akan lari ke majelis dzikir untuk menyelamatkan diri dari kemurkaan Allah, mereka akan berlari ke majelis-mejelis seperti ini untuk bernaung di bawah keridhaan Ilahi. Namun mereka yang seperti itu bukan untuk dibenci atau dicaci tetapi untuk didoakan dan dikasihani, semoga Allah melimpahkan hidayah kepada mereka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari:

أَلَا إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةٌ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ اْلقَلْبُ

“Ingatlah bahwa didalam tubuh ini ada segumpal darah, yang apabila segumpal darah itu baik maka akan menjadi baik pula seluruh tubuh ini, dan apabila segumpal darah itu buruk maka akan menjadi buruk pula seluruh tubuh ini. Ingatlah bahwa segumpal darah itu adalah hati.”

Ketahuilah bahwa getaran sanubari kita itulah yang menjadi nakhoda bagi perbuatan tubuh kita dan bersatu dengan alam pemikiran, dua hal inilah yang menguasai, dan kekuasaan tertinggi ada pada sanubari kita, jika sanubari kita baik maka ucapannya pun baik, yang ia dengarkan baik, perbuatannya baik, dan segala-galanya baik, dan ia menjadi rahasia kebaikan dan menjadi sumber kebaikan jika ia adalah orang yang mau mengikuti tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan berpegang teguh dengan cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia menjadi gerbang kebaikan pula untuk yang lainnya, sebagaimana Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bagaimana mulianya duduk bersama dengan orang shalih dan bagaimana meruginya bersama orang yang selalu berbuat maksiat. Dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa orang yang duduk bersama para shalihin bagaikan orang yang duduk dengan penjual minyak wangi, walaupun ia tidak membelinya ia akan kebagian wanginya. Dan orang yang duduk dengan orang yang sedang berbuat dosa maka ia seperti orang yang duduk dengan orang pandai besi, meskipun ia tidak membeli besinya ia akan terkena pecahan bara apinya.

Dari itulah kita memahami bahwa semerbak wangi tersebar dari para shalihin kepada orang yang duduk disekitarnya, dan juga orang yang duduk bersama ahli dzikir, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyatakan firman Allah subhanahu wata’ala di dalam hadits Qudsy riwayat Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada para malaikat yang hadir di majelis dzikir:

أُشْهِدُكُمْ يَامَلَائِكَتِيْ إِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ

” Aku jadikan kalian saksi wahai malaikatKu, sungguh Aku telah mengampuni mereka “
Maka para malaikat berkata: ” wahai Allah, ada diantara mereka yang kehadirannya tidak ikhlas dan bukan untuk dzikir “, maka Allah berfirman kepada malaikat:

هُمُ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيْسُهُمْ

“Mereka yang sama-sama duduk itu tidak akan celaka oleh teman duduk mereka”

Mereka yang duduk bersama ahli dzikir tidak akan dihinakan oleh Allah. Dihinakan, maksudnya bisa kehinaan dunia atau kehinaan akhirah. Di akhirat kelak ada orang-orang yang ditimpa musibah sehingga amal pahalanya sangat sedikit dan ia harus masuk ke neraka terlebih dahulu jika ia muslim, maka dikatakan kepada semua orang yang menyaksikan di padang mahsyar ” Fulan bin fulan dalam kehinaan dan tidak akan menemukan kebaikan selama-lamanya”, maka ia pun digiring kedalam neraka. Dan dipanggil lagi yang lainnya: ” fulan bin fulan ….dan seterusnya, hingga tibalah giliran orang yang mulia dipanggil untuk menghadap Allah, maka dikatakan kepadanya: ” fulan bin fulan dalam kemuliaan dan tidak akan mendapatkan kehinaan selama-lamanya”, hal ini dikatakan oleh Allah untuk mereka yang duduk bersama orang yang berdzikir di majelis dzikir, hanya duduk saja dan diam tanpa ikut berdzikir, maka mereka tidak akan dihinakan oleh Allah. Mereka yang berteman dengan ahli dzikir, yang berteman dengan para shalihin, yang berteman dengan para ulama’ , yang dekat dan duduk dengan guru-guru yang mulia maka sungguh beruntunglah mereka, karena mereka tidak akan mendapatkan kehinaan. Apa kehinaan itu? Kehinaan itu sangat banyak dan kehinaan yang terbesar adalah api neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

اَلْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

” Seseorang bersama orang yang dicintai “

Maka benahilah sanubari kita, benahilah hati kita karena jika hati kita baik maka baik pula perbuatan kita, dan jika hati ini buruk maka buruk pula perbuatan kita, muncul banyak pertanyaan tentang bagaimana membenahi hati, seperti memerangi riya’, memerangi ‘ujub, memerangi sombong, memerangi hasad, memerangi iri atau dengki dan lain sebagainya dari penyakit-penyakit hati. Kalau kita berbicara secara tafsil (terperinci) maka obatnya kita temukan di kitab Ihya Ulumuddin, itu adalah obatnya hati. Namun jika kita ringkas maka jawabannya adalah ” Mahabbah kepada Allah dan RasulNya”. Maka kita akan terkikis dari segala macam penyakit hati dengan cinta dan rindu kepada Allah dan RasulNya. Sayyid Al Imam Abu Bakr Al Aidarus Ibn Abdullah Al ‘aidarus Al Akbar Ar, dia adalah seorang anak yang masih kecil dan ayahnya ( Al Imam Abdullah Al ‘Aidarus ) adalah seorang ‘arif billah berkata: ” aku sudah membaca kitab Ihya ulumuddin, aku sudah menghafalnya, dan aku pun telah mengamalkannya”, maka putranya Al Imam Abu Bakr ketika masih kecil sudah diajarkan Al qur’an, setelah ia hafal Al qur’an ayahnya mulai membacakan kitab Ihya ulumuddin yang menjelaskan tentang mengobati penyakit-penyakit hati, seperti riya’ mengobatinya begini, sombong mengobatinya begini, iri dan dengki mengobatinya begini, dan lain sebagainya, maka berkata Al Imam Abu Bakr: ” Ayah apakah ada orang yang semacam ini?”, subhanallah kenapa ia bertanya demikian?, karena di hatinya tidak ada penyakit seperti itu, sejak kecil sudah dididik mencintai Allah dan RasulNya maka tidak ada penyakit hati di hatinya, maka ayahnya pun terdiam kemudian berkata: ” sekarang engkau pergilah ke pasar dan carilah orang yang lebih hina darimu”, maka ia pun pergi ke pasar dan sesampainya di pasar ia melihat orang yang sedang berbuat jahat, ia berkata pada dirinya: ” orang ini lebih hina daripada aku, tetapi jika ia bertobat dan beribadah kepada Allah dan ia lebih taat daripada aku maka berarti ia lebih mulia daripada aku”, terus ia mencari lagi tetapi tidak ia temukan orang yang lebih hina darinya. Semua pendosa bisa saja Allah terima tobatnya dan Allah memberinya hidayah kemudian ia berubah menjadi orang shalih, maka akhirnya ia menemukan seekor anjing yang penyakitan, ia berkata: ” aku pasti lebih mulia darinya, tetapi jika aku harus melewati neraka terlebih dahulu berarti anjing itu yang lebih mulia”, karena anjing tidak masuk neraka, maka ia kembali kepada ayahnya dan ayahnya bertanya : ” apakah sudah engkau temukan orang yang lebih hina darimu?”, maka ia pun menjawab: ” tidak ada wahai ayah”, ayahnya bertanya lagi: ” dalam satu pasar tidakkah kau temukan seorang pun yang lebih hina darimu? “, ia menjawab: ” tidak ada ayah, walaupun ia adalah orang yang berbuat dosa, tetapi jika ia bertobat dan Allah terima tobatnya dan ia dimuliakan oleh Allah maka ia akan lebih mulia daripada aku, lalu aku menemukan seekor anjing yang penyakitan dan kukatakan bahwa anjing itu lebih hina daripada aku, lalu aku berfikir wahai ayah, kalau senadainya aku masuk neraka maka tentunya anjing itu akan lebih mulia daripada aku, karena ia tidak masuk kedalam neraka”, mendengar hal itu maka ayahnya berkata: ” sekarang engkau keluar dari Tarim untuk melanjutkan belajarmu di luar bimbinganku”, maka setelah selesai dengan tarbiyah yang suci dari sang ayah ia pun menuju guru-gurunya yang lain.

Rahasia keberkahan dari kaum shalihin membawa keberkahan pada alam sekitar bahkan kepada non muslim, diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari ketika para sahabat berdakwah ke wilayah-wilayah kuffar quraiys, saat itu pemimpin qabilah quraisy sakit, maka para rakyatnya datang kepada para sahabat dan berkata: ” wahai kalian, sepertinya kalian adalah orang-orang yang baik, kepala suku kami sedang sakit bisakah kalian mengobatinya?”, maka para sahabat saling memandang, kemudian diantara mereka ada yang berkata barangkali jika mereka mengobati kepala suku itu dan ia sembuh kemudian ia akan masuk Islam, maka diambillah air dan dibacakan surah Al Fatihah dan diminumkan kepada kepala suku itu dan akhirnya sembuh, kemudian ia dan semua suku-sukunya masuk Islam. Al Imam Ibn Hajar Al ‘Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarah Shahih Al Bukhari dan para muhaddits lainnya mensyarahkan makna hadits ini bahwa diperbolehkannya untuk memberikan doa bagi orang-orang non muslim berupa air, atau berupa doa langsung jika diharapkan mereka bisa mendapatkan hidayah, karena hal itu justru diperbuat oleh para sahabat Ra. Dan kemudian mereka diberi hadiah kambing dan mereka bawa pulang ke Madinah Al Munawwarah. Maka salah seorang diantara mereka berkata: ” kita sembelih saja kambing ini “,, sahabat yang lain berkata : ” tunggu, kita tanyakan kepada Rasulullah dulu apakah beliau ridha dengan apa yang telah kita lakukan, jangan-jangan beliau tidak ridha kita mengobati orang non muslim tadi “, setelah ditanyakan kepada Rasulullah beliau tersenyum dan berkata: ” sembelihlah kambing itu kemudian makanlah dan sisakan sedikit untukku”. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany dalam kitabnya Fathul Baari bisyarah Shahih Al Bukahri menjelaskan bahwa ucapan Rasulullah itu bukanlah untuk meminta bagian dari kambing itu, tetapi menenangkan para sahabat dikarenakan sebagian sahabat masih risau dan bingung dengan hadiah dari non muslim tadi apakah mereka memakannya atau tidak, sehingga jika disisakan untuk Rasulullah maka beliau pun akan memakannya, dan para sahabat akan merasa tenang dan tidak ada kerisauan atas sembelihan itu karena Rasulullah juga memakannya, jika sembelihan oleh orang muslim maka hal itu boleh dan halal. Tetapi jika sembelihan itu dari orang yahudi yang diperuntukkan untuk penyembahan berhala, maka hal itu tidak diperbolehkan di dalam syariah karena disembelih atas nama selain Allah subhanahu wata’ala. Dan mengenai sembelihan orang non muslim dalam hal ini para ulama’ berbeda pendapat, sebagian ulama’ berpegang pada hadits Shahih Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu hari didatangi oleh para sahabat yang kebingungan karena mereka diberi daging dari seseorang yang tidak jelas apakah dia muslim atau non muslim dan yang jelas agama Islam belum masuk ke wilayah itu, maka Rasulullah berkata: ” Makanlah dan bacalah Bismillah, jika mereka menyembelihnya tidak mengucapkan nama Allah maka kalian yang memakannya menyebut nama Allah ” , namun dalam hal ini para imam madzhab berbeda pendapat, diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Bari bahwa hal itu terjadi di masa awal Islam, tetapi di masa setelah kejayaan Islam dan setelah menyebarnya Islam sebagian imam mengatakan tidak dihalalkan memakan sembelihan orang-orang yang non muslim, namun sebagian ulama’ mengatakan “boleh” dengan dalil hadits ini: ” Makanlah dan bacalah Bismillah, jika mereka menyembelihnya tidak mengucapkan nama Allah maka kalian yang memakannya menyebut nama Allah ” . Tetapi sebagian besar dalam madzhab syafi’i tidak membenarkan hal ini, mereka mengambil pendapat yang kedua yaitu tidak memakan sembelihan orang non muslim.

Inilah rahasia keberkahan para shalihin yang sampai kepada mereka, bahkan kepada yang non muslim pun keberkahannya sampai, dari doa dan fatihah yang dibacakan untuknya.

Oleh sebab itu kemuliaan mereka itu di dunia dan akhirah, di masa hidupnya dan setelah wafatnya. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Musa As ketika ia didatangi oleh malaikat Izrail, maka ia meminta untuk diperpanjang umurnya maka malaikat Izrail menghadap kepada Allah, kemudian Allah berkata: ” wahai Izrail katakan kepada Musa jika ia ingin umurnya diperpanjang maka sentuhkan telapak tangannya di kulit kerbau dan seberapa banyak rambut kerbau yang tersentuh tangannya maka sebanyak itulah umurnya bertambah”, setelah malaikat Izrail menyampaikan hal itu kepada Musa As, maka nabi Musa As berkata: “lalu setelah itu apa yang akan terjadi?”, malaikat Izrail menjawab: ” setelah itu kau akan wafat”, maka nabi Musa berkata: ” jika demikian, maka lebih baik aku wafat sekarang”, dan dikatakan ketika itu ia memohon kepada Allah agar dimakamkan di tanah yang dekat tanah suci, demikian yang dikatakan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany riwayat Shahih Al Bukhari, hal ini merupakan dalil yang jelas atas diperbolehkannya bertabarruk pada kuburan para shalihin, bahkan para nabi pun ingin dimakamkan di tempat yang dekat dengan tanah suci.

Maha raja langit dan bumi yang maha lembut telah menyampaikan kepada utusanNya, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan Rasulullah menyampaikan kepada kita hadits yang telah kita baca tadi:

إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا

“Apabila salah seorang dari kamu sekalian membaguskan keislamannya maka pada setiap kebaikan yang dia perbuat akan dilipat gandakan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, sedangkan kejahatan yang dia perbuat akan dibalas sepadan dengan kejahatannya”.

Barangsiapa yang memperbaiki keislamannya kemudian ia beramal shalih, maka Allah lipatgandakan amalnya dengan sepuluh kali lipat dari amal pahalanya, jika ia shalat satu kali maka pahalanya dikalikan sepuluh, jika ia shalat 5 waktu maka pahalanya sama dengan shalat 50 waktu, sekali ia memuji Allah maka pahalanya dikalikan sepuluh dan itu adalah perhitungan minimal, karena kebaikan yang dilakukan akan dilipatgandakan hingga 700 kali lipat. Maka amal yang dilipatgandakan 700 kali lipat itu amal yang seperti apa? Sebagian muhaddits mengatakan hal itu tergantung niatnya, semakin indah niatnya maka semakin dilipatgandakan pahalanya. Para muhaddits yang lain mengatakan hal itu tergantung waktu, di waktu-waktu mustajabah seperti bulan Ramadha, lailatul qadr, malam jum’at atau hari jum’at, hari ‘Arafah dan hari-hari mulia yang lainnya, maka di waktu-waktu itulah amal ibadah dikalikan hingga 700 kali lipat. Dan ada juga yang mengatakan tergantung tempat, seperti di Masjidil Haram, di Masjid Nabawy, di Masjid Al Aqsha, di masjid masjid, di makam para shalihin jika ia berdoa kepada Allah, dan tempat-tempat mulia yang lainnya, dan juga disebutkan oleh Al Imam An Nawawy dalam Syarh Nawawiyah ‘ala Shahih Muslim, bahwa di majelis-majelis dzikir juga termasuk tempat yang dilipatgandakannya pahala oleh Allah subhanahu wata’ala .

Dikutip dari: majelisrasulullah.org

Sorry, the comment form is closed at this time.