Baitul Ma'mur's blog

Menapaki Hidup Sejahtera Dunia Akhirat.

Belajar dari Pemimpin Masa Lalu

Posted by masjidbaitulmamur pada 2 Maret 2010

telaah

Jadi pemimpin memang tidak mudah. Banyak beban di pundak yang harus dipikul. Sebanyak puji yang diterima, sebanyak itu pula caci maki yang datang menerpa. Mendapatkannya pun tidak mudah. Berdarah-darah dan tentu saja perlu jejak-rekam yang panjang. Pertanggungjawabannya juga tidak di dunia saja, tapi juga sampai ke akhirat.
Pertanggungjawaban di hadapan manusia tidak mudah, dan lebih tidak mudah lagi di akhirat. Rakyat bisa ditipu dan dikelabui, tapi pengadilan Allah Swt. tentu saja tidak bisa diakali. Pemimpin ideal di zaman sekarang memang susah dicari. Namun, bila melirik ke masa lalu, banyak teladan yang bisa kita ikuti. Sosok Khalifah Umar bin Abdul Aziz r.a. adalah salah satu di antaranya. Beliau adalah peng uasa yang terkenal akan kejujurannya dan keteguhannya pada amanah yang diembannya. Walaupun memangku jabatan dalam usia masih sangat muda tahun keadilan dan kebijaksanaannya terasa oleh rakyat secara umum.
Kesalehannya sebagai seorang penguasa pantas dijadikan teladan oleh penguasa di mana pun dan sampai kapan pun. Sejarah mencatat langkahnya yang spektakuler dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih. Gebrakan pertamanya tatkala menerima amanah sebagai khalifah adalah mengembalikan semua harta dan tanah rakyat yang diambil oleh pemerintahan Khilafah Bani Umayyah. Apabila pemilik tanah dan harta sudah tidak diketahui lagi, maka harta dan tanah itu dikembalikan kepada baitul mal, untuk kemudian digunakan bagi keperluan kaum Muslimin.
Untuk memberikan teladan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz memulai dari dirinya sendiri dengan cara menyerahkan seluruh hartanya. Semua harta itu kemudian dijual seharga 23 ribu dinar atau sekitar 11,5 miliar rupiah dan diserahkan kepada baitul mal. Langkah tersebut lalu diikuti oleh para pejabat dari kalangan Bani Umayyah sehingga dalam tempo dua tahun, krisis ekonomi yang terjadi pada pemerintahan sebelumnya bisa diatasi.
Bahkan distribusi kekayaan sedemikian merata, sehingga tidak ada satu orang pun kaum Muslimin saat itu yang masuk golongan fakir atau miskin. Pengentasan kemiskinan yang beliau lakukan bukan sekadar retorika. Khalifah Umar bin Abdul Aziz sadar betul bahwa jabatan adalah amanah dari Allah yang bakal dimintai pertangungjawabannya kelak di hari kiamat, hari ketika mulut terkunci dan yang berbicara adalah tangan dan kaki manusia.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin yang memiliki visi dan karakter negarawan sejati. Dia memahami dan meyakini bahwa hidup bukan semata hari ini. Lihatlah ucapannya kepada sang istri, ¡°Engkau tahu, aku telah diserahi urusan seluruh umat ini, yang berkulit putih maupun hitam, lalu aku ingat akan orang yang terasing, pemintaminta yang merendah, orang kehilangan, orang-orang fakir yang sangat membutuhkan, tawanan yang tertekan jiwanya, dan lain sebagainya di berbagai tempat di bumi ini.
Dan aku tahu persis, Allah Swt. pasti akan menanyaiku tentang mereka, dan Muhammad Saw. akan membantahku dalam masalah mereka (jika aku mungkir); karena itulah aku takut akan diriku sendiri. Dari ungkapan yang beliau utarakan kepada sang istri di atas jelas bahwa perhatian beliau adalah bagaimana menjalankan tanggung jawabnya sebagai penguasa agar mendapatkan rida Allah dan terhindar dari murka-Nya.
Beliau juga dikenal sebagai pejabat yang sangat memahami bagaimana mengimplementasikan sabda Nabi, ¡°Se orang Imam yang diberi amanat memimpin manusia adalah laksana penggembala dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyat yang dipimpinnya. Umar terkenal memiliki ketegasan, keberanian, dan kecepatan dalam mem berantas kemungkaran. Misalnya, da lam memberantas kemusyrikan, judi, riba, khamar (minuman keras/meabukkan), pertunjukan aurat, pembunuhan, perzinaan, korupsi, dan suap. Dosa-dosa itu nyaris tidak terjadi karena Umar kuat mencegahnya.
Sebagai misal, Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak segan-segan mencopot pejabat yang korup. Sebaliknya, sebagai kepala negara dia selalu memudahkan orang mencari pekerjaan, gemar menasihati rakyat, serta membagikan harta negara kepada orang miskin, dan sebagainya. Sayangnya, keteladanan Umar itu tidak banyak yang mencontoh. Kini, banyak pejabat terkesan enggan memakai kekuatan dan kekuasaannya untuk mencegah kezaliman dan kemaksiatan. Padahal, saban hari mereka bisa dengan mudah melihat dosa besar serta dosa yang status keharamannya didasari dalil yang qathi tsubut (pasti sumber hukumnya) dan qathi dilalah (pasti penunjukan makna/tafsirnya).
Keharaman judi misalnya, bukanlah hasil ijtihad, melainkan firman Allah Swt (QS. Al-Maidah, 90-91). Begitu juga dengan korupsi dan suap-menyuap. Kedua hal ini jelas dite -rangkan dalam beberapa hadis shahih riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Abu Dawud, bahwa Rasulullah Saw. enggan menolong koruptor di akhirat. Beliau pun bersabda, penyuap dan yang disuap dilaknat Allah. Sayang nya, kini banyak penguasa yang berdiam diri, entah merestui atau cuma mencegah di hati, ketika melihat kemungkaran. Kadang bicara keras, tapi tanpa berbuat.
Padahal, merekalah yang paling mampu mencegah kemung karan dengan tangan: kekuasaan, dan kekuatannya. Hari ini kita miskin pemimpin yang memiliki visi seperti Umar bin Abdul Aziz. Mereka tidak lebih seperti yang digambarkan oleh Rasulullah Saw.: kan datang kepada kalian tahun-tahun tipu daya. Pada waktu itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang benar didustakan. Pengkhianat dipercaya sedangkan yang amanah dianggap khianat. Pada saat itu akan berbicara Ar-ruwaibidloh. Ditanyakan apakah Ar-ruwaibidloh itu? Nabi Menjawab, Orang-orang yang bodoh tentang urusan publik.Wallahu alam.

(Rpk)

Sorry, the comment form is closed at this time.