Baitul Ma'mur's blog

Menapaki Hidup Sejahtera Dunia Akhirat.

STRATEGI PENGEMBANGAN SDM NABI SAW

Posted by masjidbaitulmamur pada 15 Maret 2010

Rasulullah s.a.w. selain merekrut Abu Bakar r.a. dan Umar Ibnu Khattab adalah merekrut Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Khalifah-khalifah ini memimpin dengan menonjolkan keadilannya. Khalifah Utsman, adalah seorang yang jujur dan saleh, tetapi sangat tua dan lemah lembut. Dia adalah salah seorang dari beberapa orang terkaya diantara sahabat Nabi.
Kekayaannya membantu terwujudnya Islam di beberapa peristiwa penting dalam sejarah. Pada awal pemerintahannya dia hanya melanjutkan dan mengembangakan kebijakan yang sudah diterapkan khalifah kedua. Menurut Mahmud al-Mishri, Utsman adalah manusia yang memiliki hati yang lembut dan penyayang dalam hidupnya.
Sifatnya ini menjadi cahaya dalam semua tingkah lakunya. Pada suatu hari, ia marah kepada pembantunya lalu menjewer telinganya hingga menimbulkan rasa sakit. Tidak lama setelah itu, ia memanggil pembantunya tersebut dan memerintahkannya agar membalas dengan perbuatan yang serupa. Namun, pembantunya tidak mau. Ia tetap ber -sikukuh kepadanya agar membalasnya. Ak hirnya pembantunya mau menuruti perintahnya. Ia berkata, “Lakukanlah dengan keras wahai anak muda, karena sesungguhnya pembalasan di dunia lebih ringan daripada pembalasan di akhirat!” Demikian pula khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. tetap menonjolkan keadilan.
Setealh diangkat menjadi Khalifah, beliau menguraikan pedoman kebijakannya pada pidatonya yang pertama. beliau memberi perintah untuk memberhentikan pejabat yang korupsi yang ditunjuk Utsman, membuka kembali tanah perkebunan yang sudah diberikan kepada orang-orang kesayangan Utsman dan mendistribusikan pendapatan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh Khalifah Umar. Kebijakan ini telah menyerang orang-orang yang telah memperkaya dirinya sendiri semasa pemerintahan yang lama.
Beberapa orang-orang Utsman rela menyerahkan jabatannya tanpa melakukan perlawanan, sementara yang lainnya menolak. Di antara yang menolak adalah Muawiyah, Gubernur Syria, yang kemudian bersama sekutu-sekutunya menuntut pembalasan atas kematian Khalifah Utsman.
Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. berkata di atas mimbar pada hari jumat, ‘Wahai para pemimpin, sesungguhnya apa yang kalian pimpin memiliki hak, yaitu mendapat hukum yang adil dan pembagian yang sama. Tidak ada kebaikan yang lebih disukai Allah daripada hukum dari pemimpin yang adil.” Ali bin Arqam meriwayatkan bahwa ayahnya berkata, “Aku melihat Ali menjual pedangnya di pasar. Ia berkata, ‘Siapakah yang mau membeli pedang ini? Demi Zat yang menumbuhkan biji-bijian, betapa lamanya aku mempergunakannya untuk menjaga wajah Rasulullah s.a.w.!
Seandainya aku memiliki uang untuk membeli sarung, aku tidak akan menjualnya.” Khalifah Ali r.a. lewat di pasar-pasar Kufah saat beliau menjadi Khalifah. Di sana beliau menunjukkan orang yang tersesat, menolong orang yang lemah, dan membantu orang yang tua renta. Ketika Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. ditikam saat akan melaksanakan shalat, setelah melewati jalan-jalan Kufah dan membangunkan keluarganya untuk shalat fajar, ia berkata kepada anak-anaknya setelah mengetahui pembunuhnya, “Perlakukanlah dia dengan baik.
Jika aku hidup, aku adalah orang yang paling berhak atas darahnya dengan melakukan balasan atau memaafkannya. Jika aku meninggal, susulkanlah dia kepa daku agar aku mengadukannya di hadapan Tuhan semesta alam. Janganlah kalian membunuh selainnya karena aku, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melewati batas.”  Adv.

Sumber: Republika

Sorry, the comment form is closed at this time.